Jumat, 29 April 2011

Taman Diatas Atap (Roof Garden)

Untuk membantu mencegah atau mengurangi tingkat kelajuan pemanasan global, menambah ruang terbuka hijau dengan membuat taman diatas atap rumah, gedung bertingkat, hotel maupun perkantoran adalah salah satu cara yang efektif. Meski kondisi dikawasan perkotaan sebagian besar diisi oleh gedung bertingkat, para desainer (arsitek, maupun arsitek landscape) harus menciptakan ruang terbuka hijau untuk menambah tanaman yang telah diambil alih ketika gedung tersebut dibangun.

Dengan membuat taman diatas atap, gedung-gedung bertingkat tetap bisa memiliki ruang terbuka hijau, karena ada efisiensi ruang. Taman diatas atap (roof garden) merupakan sebagai salah satu alternatif penghijauan untuk meningkatkan kualitas kesehatan lingkungan dikota besar. Saat ini, baru beberapa hotel berbintang di Jakarta Pusat yang memiliki taman diatas atap (roof garden).

Pembuatan taman diatas atap (roof garden) memang tidak murah dan membutuhkan struktur dan konstruksi atap yang spesifik. Bahkan untuk hasil yang optimal, konstruksi atap untuk taman didesain sejak awal, sebelum gedung itu dibangun. Namun investasi ini bisa kembali dalam beberapa tahun kemudian, karena biaya untuk listrik pendingin udara berkurang, serta nilai ekonomis bangunan bertambah.

Selain menambah keteduhan, taman diatas atap (roof garden) juga bisa dimanfaatkan untuk menyerap gas-gas beracun. Misalnya bambu atau palem dapat menyerap gas formalin dan bensin. Sedangkan tanaman bakung, selain menyerap gas formalin dan bensin, juga menyerap alkohol dan aseton yang dihasilkan cat dan sebagainya. Tanaman rambat juga berfungsi untuk menyerap gas asetat, amonia, dan gas lainnya. Karena fungsi ini, tanaman rambat banyak dipakai untuk taman diatas atap (roof garden) di luar negeri seperti Singapura dan Jepang.

Cara Membangun Taman Diatas Atap

Sebelum membuat taman di atas gedung, pertimbangkan dulu konstruksi atap bangunan. Apakah memang didesain untuk mendukung beban media tanam berupa tanah dan pepohonan yang akan ditanam di atasnya atau tidak. Pasalnya, taman diatas atap (roof garden) harus didukung struktur dan konstruksi atap yang kuat.

Keberadaan taman diatas atap (roof garden) akan menimbulkan bertambahnya beban. Timbunan tanah dan tanaman akan menambah beban mati, beban angin, dan tambahan beban air pada atap bangunan. Gedung tersebut harus memiliki sistem drainase yang berfungsi baik.

Jika jenis tanaman perdu yang akan ditanam, dia memperhitungkan beban atap akan bertambah sekitar 650 Kg/m2. Ditambah lagi untuk beban hidup sesuai aktivitas pada taman atap itu. Misalnya, 400 Kg/m2 untuk olahraga, 500 Kg/m2 untuk pesta dan dansa, serta 250 Kg/m2 untuk restoran.

Untuk menanam pohon berukuran besar, pelat lantai lokasi harus didukung kolom struktural agar pelat beton tidak runtuh. Selain itu, perlu dibuat dinding penahan tanah karena pohon memerlukan ketebalan tanah yang cukup, atau membuat lubang pada atap bangunan, di bawah pohon.

Konstruksi atap rawan kebocoran, sehingga harus dilengkapi saluran pembuangan air. Lapisan drainase seperti kerikil, pasir, dan batu apung perlu ditambahkan agar air mudah mengalir ke lubang saluran pembuangan. Filter terbuat dari geo textile atau ijuk berfungsi mengalirkan air ke bawah tetapi menahan butiran tanah agar tidak menyumbat lubang pembuangan.

Untuk mencegah kerusakan lapisan kedap air (water proof layer), lapisan penahan harus ditambah agar akar tanaman tidak merusak lapisan kedap air dan beton di bawahnya.

Karena tanaman diatas atap terkena sinar matahari secara langsung dan tiupan angin yang lebih kencang, penyiraman harus dilakukan secara berkala. Sehingga perlu penyemprotan air bisa dilakukan secara manual atau otomatis.

Taman Diatas Atap

Untuk media tanam, formulanya harus ringan namun memiliki kemampuan menyediakan zat hara dan kelembaban. Misalnya, dengan mencampurkan pasir dengan serutan kayu ditambah lapisan kulit pinus serta pupuk. Kedalaman media tanam untuk rumput membutuhkan 20 sampai 30 sentimeter, begitu juga tanaman penutup. Sementara itu, semak dan pohon kecil membutuhkan kedalaman 60-105 sentimeter. Pohon besar perlu kedalaman hampir 2 meter.

Sumber :
http://architectaria.com/membangun-taman-diatas-atap-roof-garden.html

Jumlah Penduduk Jakarta Capai 9,5 Juta di 2010









Pada 2010, penduduk DKI Jakarta diperkirakan mencapai 9,5 juta jiwa. Angka ini bertambah sekitar 460 ribu jiwa dalam 5 tahun, dan akan terus meningkat dari tahun ke tahun.

Tahun 1961 mencapai 2,9 juta jiwa, tahun 2000 sebanyak 8,4 juta jiwa, tahun 2005 sebanyak 9,04 juta jiwa, dan 2010 sekitar 9,5 juta jiwa. Angka yang besar ini, berdampak pada penyediaan sarana dan prasarana kota yang bertubrukan dengan kurangnya jumlah lahan yang tersedia di DKI Jakarta.

Ini berdampak pada penyediaan sarana dan prasarana kota padahal lahan tidak bertambah, ini menimbulkan konflik antara penggunaan ruang.

Jumlah penduduk DKI Jakarta sekitar 8.522.545 jiwa. Kepadatan penduduk Jakarta mencapai 12.992 jiwa per kilometer persegi. Perkembangan penduduk Jakarta, disumbangkan tingginya migrasi dari luar wilayah DKI Jakarta.

Walaupun demikian, dalam tahun 2006-2007 terjadi penurunan penduduk di wilayah Jakarta, yaitu di Jakarta Timur sebesar 1,83%, Jakarta Barat sebesar 0,56%, Jakarta Pusat sebesar 2,43%, dan Jakarta Utara sebesar 2,21%.

Penurunan jumlah penduduk di wilayah Jakarta ini sebaliknya diikuti dengan bertambahnya penduduk di wilayah Bodetabek yaitu sebesar 4,3% di Bogor, 4,6% di Bekasi, 4,2% di Depok, dan 5,4% di Tangerang.

Data tersebut mengindikasikan semakin banyak penduduk yang bertempat tinggal di wilayah pinggiran Jakarta walaupun tetap bekerja dan memiliki kegiatan di Jakarta.

Oleh karena itu, untuk mengurangi kepadatan, mulailah ditingkatkannya angkutan transporasi yang terintegrasi dengan wilayah-wilayah sekitar Jakarta.

Sumber:

http://vibizdaily.com/detail/bisnis/2010/07/23/bappenas_jumlah_penduduk_jakarta_capai_95_juta_di_2010


Arsitektur Islam

Arsitektur Islam berkembang sangat luas baik itu di bangunan sekular maupun di bangunan keagamaan yang keduanya terus berkembang sampai saat ini. Arsitektur juga telah turut membantu membentuk peradaban Islam yang kaya. Bangunan-bangunan yang sangat berpengaruh dalam perkembangan arsitektur Islam adalah mesjid, kuburan, istana dan benteng yang kesemuanya memiliki pengaruh yang sangat luas ke bangunan lainnya, yang kurang signifikan, seperti misalnya bak pemandian umum, air mancur dan bangunan domestik lainnya.

Sejarah

Pada tahun 630 M, Nabi Muhammad beserta tentaranya berhasil menaklukkan Makkah dari suku Quraish. Pada masa ini bangunan suci Ka'bah mulai didedikasikan untuk kepentingan agama Islam, rekonstruksi Ka'bah dilaksanakan sebelum Muhammad menjadi Rasul. Bangunan suci Ka'bah inilah yang menjadi cikal bakal dari arsitektur Islam. Dahulu sebelum Islam, dinding Ka'bah dihiasi oleh beragam gambar seperti gambar nabi Isa, Maryam, Ibrahim, berhala, dan beberapa pepohonan. Ajaran yang muncul belakangan, terutama berasal dari Al Qur'an, akhirnya melarang penggunaan simbol-simbol yang menggambarkan makhluk hidup terutama manusia dan binatang.

Pengaruh dan Gaya

Gaya arsitektur Islam yang mencolok baru berkembang setelah kebudayaan muslim memadukannya dengan gaya arsitektur dari Roma, Mesir, Persia dan Byzantium. Contoh awal yang paling populer misalnya Dome of The Rock yang diselesaikan pada tahun 691 di Jerusalem. Gaya arsitek yang mencolok dari bangunan ini misalnya ruang tengah yang luas dan terbuka, bangunan yang melingkar, dan penggunaan pola kaligrafi yang berulang. Mesjid Raya Samarra di Irak, selesai pada tahun 847, bangunan berciri khas dengan adanya minaret. Juga mesjid Hagia Sophia di Istanbul, Turki turut memengaruhi corak arsitektur Islam. Ketika Ustman merebut Istanbul dari kekaisaran Byzantium, mereka mengubah sebuah basilika menjadi mesjid (sekarang museum), yang akhirnya muslim pun mengambil sebagian dari kebudayaan Byzantium kedalam kekayaan peradaban islam, misalnya penggunaan kubah. Hagia Sophia juga menjadi model untuk pembangunan mesjid-mesjid Islam sselanjutnya selama kekaisaran Ustman, misalnya mesjid Sulaiman, dan mesjid Rustem Pasha. Motif yang mencolok dalam arsitektur Islam hampir selalui mengenai pola yang terus berulang dan berirama, serta struktur yang melingkar. Dalam hal pola ini, geometri fraktal memegang peranan penting sebagai materi pola dalam, terutama, mesjid dan istana. Pemakaian kubah juga sama pentingnya dalam arsitektur islam, pertama kali muncul dalam Dome of The Rock pada tahun 691 dan muncul kembali sekitar abad ke-17.

Arsitektur Persia

Persia merupakan kebudayaan yang diketahui melakukan kontak dengan Islam untuk pertama kalinya. Sisi timur dari sungai eufrat dan tigris adalah tempat berdirinya kekaisaran Persia pada sekitar abad ke-7. Karena kedekatannya dengan kekaisaran persia, Islam cenderung bukan saja meminjam budaya dari persia namun juga mengadopsinya. Arsitektur Islam mengadopsi banyak sekali kebudayaan dari Persia, bahkan bisa dikatakan arsitektur islam merupakan evolusi dari arsitektur persia, yang memang sejak kehadiran Islam, kejayaan Persia mulai pudar yang menunggu digantikan oleh kebudayaan lain. Banyak kota, misalnya Baghdad, dibangun dengan contoh kota lama persia misalnya Firouzabad. Bahkan, sekarang bisa diketahui bahwa dua arsitek yang dipekerjakan oleh Al-Mansur untuk merancang kota pada masa awal adalah warisan dari kekaisaran Persia, yaitu Naubakht, seorang zoroaster persia, dan seorang Yahudi dari Khorasan, Iran yaitu Mashallah. Mesjid gaya persia bisa dilihat dari ciri khasnya yaitu pilar batu bata, taman yang luas dan lengkungan yang disokong beberapa pilar. Di Asia Timur, gaya arsitektur Hindu juga turut memengaruhi namun akhirnya tertekan oleh kebudayaan persia yang ketika itu dalam masa jayanya.



Minggu, 17 April 2011

Alih Fungsi Trotoar


Trotoar adalah jalur yang terletak berdampingan dengan jalur lalu lintas kendaraan, yang khusus dipergunakan oleh pejalan kaki. Untuk keamanan pejalan kaki maka trotoar ini harus dibuat terpisah dari jalur lalu lintas kendaraan, oleh struktur fisik berupa kereb. Perlu atau tidaknya trotoar disediakan sangat tergantung bagi 22 volume pedestrian dan volume lalu lintas pemakai jalan tersebut, lebar trotoar yang digunakan pada umumnya berkisar antara 1,5 – 3,0 Meter (Sukoco 2002 : 18).

Apakah kota besar bernama Jakarta sudah bisa disebut demokratis, jika menggunakan perspektif tersebut? Jawabannya adalah belum. Sebab, masih lebih banyak trotoar yang tidak bisa diakses pejalan kaki daripada yang bisa dilalui dengan nyaman dan aman. Buktinya banyak kejadian tragis karena yang memakan korban akibat berjalan di badan jalan. Hal ini terjadi karena trotoar tertutup oleh sejumlah pedagang kaki lima. Selain pedang, trotoar juga banyak difungsikan untuk tiang-tiang spanduk, pot-pot yang besar.

Kondisi trotoar yang beralih fungsi menjadi pasar pinggiran jalan


Terlihat dalam foto yg terlampir pengguna trotoar yg “seharusnya” (pejalan kaki) beserta oknum-oknum yg menyalahgunakannya, dalam hal ini motor yg berjalan juga yg sedang diparkir. Sudah tentu pengguna jalan yg memang “berhak” menggunakan trotoar tersebut terancam keselamatannya dan kehilangan kenyamanan dalam menggunakan trotoar tersebut.

Sumber :

http://www.lp3y.org/pdf.php?pilih=newsletter&id=288

http://www.maludong.com/Detail.asp?ItemID=183

Sabtu, 16 April 2011

Lokalisasi Kramat Tunggak, Jakarta Utara

Lokres Kramat Tunggak adalah nama sebuah Panti Sosial Karya Wanita (PKSW) Teratai Harapan Kramat Tunggak, yang terletak di jalan Kramat Jaya RW 019, Kelurahan Tugu Utara, Kecamatan Koja, Kotamadya Jakarta Utara. Areal tersebut tepatnya menempati lahan seluas 109.435 m2 yang terdiri dari sembilan Rukun Tetangga (RT).

Kramat Tunggak (kramtung), kemashurannya tidak saja terkenal di Indonesia, namun juga terkenal hingga ke seluruh Asia Tenggara sebagai pusat jajan terbesar bagi kaum hidung belang. Pada awal pembukaannya tahun 1970-an, terdapat 300 orang WTS dengan 76 orang germo. Jumlah ini terus bertambah seiring bertambah bulan dan tahun.

Menjelang akhir ditutupnya Lokres Kramtung tahun 1999, jumlahnya mencapai 1.615 orang WTS di bawah asuhan 258 orang germo/mucikari. Mereka tinggal di 277 unit bangunan yang memiliki 3.546 kamar. Artinya, lokalisasi ini tumbuh dan berkembang dengan pesat yang akhirnya menimbulkan masalah baru pada masyarakat di lingkungan sekitarnya dan sekaligus citra Jakarta yang tidak bisa dipisahkan dari sejarahnya sebagai sebuah kultur Betawi yang sangat identik sebagai komunitas Islam yang terbuka, bersemangat multikultur, toleran dan sangat mencintai Islam sebagai identitas utama kebudayaan mereka.

Kondisi demikian ini menimbulkan desakan yang tidak henti-hentinya dari ulama dan masyarakat agar Panti Sosial Karya Wanita (PKSW) Teratai Harapan Kramat Tunggak ditutup. Adanya desakan yang semakin menguat tersebut pada akhirnya dilakukan penelitian oleh Dinas Sosial bersama Universitas Indonesia untuk tentang sejauh mana penolakan masyarakat terhadap PKSW Teratai Harapan Kramat Tunggak.

Dari hasil penelitian tersebut, pada tahun 1997 direkomendasikan agar Lokres tersebut ditutup. Pada tahun 1998 dikeluarkan SK Gubernur KDKI Jakarta No. 495/1998 tentang penutupan panti sosial tersebut selambat-lambatnya akhir Desember 1999. Pada 31 Desember 1999, Lokres Kramat Tunggak secara resmi ditutup melalui SK Gubernur KDKI Jakarta No. 6485/1998. Selanjutnya Pemda Provinsi DKI Jakarta melakukan pembebasan lahan eks Lokres Kramat Tunggak.

Setelah dibebaskan banyak muncul gagasan terhadap lokasi bekas Kramat Tunggak tersebut, ada yang mengusulkan pembangunan pusat perdagangan (mall), perkantoran dan lain sebagainya. Namun Gubernur H. Sutiyoso memiliki ide lain yaitu membangun Islamic Centre. Sebuah ide yang cemerlang yang menyatukan kelompok-kelompok lain yang awalnya berbeda-beda.

Pada tahun 2001 Gubernur Sutiyoso melakukan sebuah Forum Curah Gagasan dengan seluruh elemen masyarakat untuk mengetahui sejauhmana dukungan masyarakat terhadap sebuah perubahan yang telah dicanangkan. Ternyata 24 Mei 2001 dukungan itu semakin menguat. Gagasan untuk membangun Jakarta Islamic Centre (JIC) dikemukakan Gubernur Sutiyoso kepada Prof. Azzumardi Azra (Rektor UIN Syarif Hidayatullah) di New York di sela-sela kunjungannya ke PBB pada tanggal 11-18 April 2001 dan mendapatkan respon yang sangat positif.

Setelah adanya konsultasi terus menerus antara masyarakat, ulama, praktisi baik skala lokal maupun regional bahkan international akhirnya diwujudkan dalam sebuah master plan pembangunan JIC pada tahun 2002. Kemudian dalam rangka memperkuat ide dan gagasan pembangunan JIC,pada Agustus 2002 dilakukan Studi Komparasi ke Islamic Centre di Mesir, Iran, Inggris dan Perancis. Pada tahun yang sama, dilakukan perumusan Organisasi dan Manajemen JIC. Kehadiran JIC ternyata sesuatu yang sangat fenomenal sebagai produk zaman yang strategis dan monumental.

Dalam rangka menyongsong cita-cita besar umat Islam yang digantungkan kepada Jakarta Islamic Centre, dikeluarkan SK Gubernur KDKI No. 99/2003 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Badan Pengelola Pusat Pengkajian dan Pengembangan Islam Jakarta (Jakarta Islamic Centre). Selanjutnya pada tahun April 2004, Badan Pengelola Pusat Pengkajian dan Pengembangan Islam Jakarta (Jakarta Islamci Centre) diangkat/dilantik melalui SK Gubernur KDKI Jakarta No. 651/2004.

Sumber :

http://islamic-center.or.id/sejarah-pembangunan.html

FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA BANJIR

Ada dua faktor utama yang menjadi penyebab terjadinya banjir di Wilayah Provinsi DKI Jakarta. Yakni, faktor alam dan faktor manusia:

1. Faktor Alam:

  • Secara geografis, Kota Jakarta yang luasnya mencapai 650 Km2 itu, 40 persen atau sekitar 24.000 Ha di antaranya, merupakan dataran rendah utamanya di daerah Jakarta Utara seperti di Sungai Bambu, Papanggo, Warakas, dan lain-lainnya yang ketinggiannya berada di bawah muka air laut pasang. Daerah-daerah tersebut di atas, yang telah berhasil ditanggulangi baru sekitar 9.000 Ha.Di wilayah Provinsi OKI Jakarta, melintas 13 sungai (Kali Cakung, Jati Kramat, Buaran, Sunter, Cipinang, Kali Baru Timur, Ciliwung, Kali Baru Barat, Krukut, Grogol, Pesanggrahan, Angke, dan Kali Mookervart), yang keseluruhannya merupakan saluran sekunder/penghubung sistem drainase kota.
  • Kontur wilayah Provinsi DKI Jakarta pun kurang mendukung kelancaran aliran air, sehingga menimbulkan genangan dan bahkan pada saat musim hujan mengakibatkan banjir terutama di Wilayah Jakarta Barat, Utara, dan Timur, karena air tidak dapat mengalir secara gravitasi.

2. Faktor Manusia:

  • Harus diakui bahwa, disiplin dan kesadaran masyarakat Ibukota terhadap kebersihan dan kelestarian lingkungan masih rendah. Tak sedikit warga yang menjadikan bantaran kali sebagai tempat tinggal/bermukim. Akibatnya, karena adanya bangunan-bangunan liar, badan kali menjadi berkurang, Dan yang sangat memprihatinkan, mereka pun menjadi sungai sebagai tempat sampah, sehingga terjadi pendangkalan dan sampah mengonggok di sepanjang aliran sungai.
  • Pembangunan yang berlangsung pesat baik di Wilayah Provinsi DKI Jakarta maupun di Depok dan Bogor Jawa Barat, yang menghadirkan rumah dan bangunan beton lainnya yang menutup permukaan tanah dan menyulitkan air meresap ke tanah, telah mempersempit luas kawasan resapan air. Akibat¬nya, air hujan yang turun di daerah hulu, yang volumenya seringkali berada di atas kapasitas alur sungai, meluap dan menimbulkan banjir dan gena¬ngan di kawasan sekitar sungai.
  • Bersama itu, juga telah terjadi penurunan permukaan tanah (land subsidence) terutama di bagian utara wilayah DKI Jakarta. Dengan demikian, ke depan, kawasan yang tergenang pasang air laut besar kemungkinan akan bertambah, yakni kawasan yang tergenang, seperti Muara Angke dan kawasan Jakarta Utara sebelah Timur.

Banjir yang melanda kawasan perkampungan nelayan Muara Angke

Sumber :

http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2010/03/faktor-penyebab-terjadinya-banjir/

http://betsyhr.multiply.com/journal/item/71/Jurnal_Kegiatan_Peduli_Muara_Angke