Kamis, 09 Desember 2010

ANALISIS BANGUNAN YANG ADA DI DEPOK DENGAN MENGGUNAKAN METODE KRITIK TIPIKAL

ANALISIS BANGUNAN YANG ADA DI DEPOK DENGAN MENGGUNAKAN
METODE KRITIK TIPIKAL

Objek yang dianalisis:
ITC Depok dan Margo City


ITC Depok merupakan salah satu tempat perbelanjaan yang terletak di Depok. 
Margo City merupakan salah satu kawasan pusat pertokoan atau Mal yang dibangun dengan dengan tata ruang yang berbeda dengan mal. Margo City terletak di kawasan Margonda Raya, Depok, Jawa Barat, yang diresmikan pada tahun 2006.
  Struktur Banguanan
• Jenis Bahan 
ITC Depok : Bahan struktur menggunakan beton bertulang, untuk fasad bangunan menggunakan Policarbonat dan habel. Untuk plat lantai bangunan mengguanakan beton bertulang. 
Margo City : bahan struktur menggunakan beton bertulang, sedangkan struktur atap menggunakan bahan dari baja. Pada bagaian sculpture-nya menggunakan bahan dari baja. Di bagian Fasad terbuat dari bahan pabrikasi yaitu policakbonate, dan untuk fasad Hall terbuat dari kaca yang transparan.
 



• System Struktur
ITC Depok : System struktur menggunakan Rigid Frame
Margo City : system struktur menggunakan rigid frame
• Sistem Utilitas
ITC Depok : sistem utilitas terlihat baik, dan fasilitas pendukung ruangan seperti ac, listrik dan supply air semua berjalan dengan lancar.
Margo City : 
sistem utilitas terlihat baik, dan fasilitas pendukung ruangan seperti ac, listrik dan supply air semua berjalan dengan lancar .
  Fungsi 
ITC Depok : Banguanan difungsiskan sebagai tempat perbelanjaan 
Margo City : Margo City sendiri terdiri dari tiga area yaitu area Margo, City dan O-zone. Untuk Area Margo lebih kearah Food and Beverage yaitu tempat hangout. Area City yaitu tempat berbelanja. Dan O-Zone yang dimanfaatkan sebagai tempat/area stake park, area basket, area futsal, wallclimbing dan fliying fox yang digunakan untuk sekedar bermain.

  Form (Bentuk)
Bentuk bangunan ITC Depok berbentuk persegi dengan berbagai ornament pada fasad bangunan. Pada sudut paling depan bangunan terdapat bentuk yang menyerupai tabung kaca menjulang samapai ke atas banguanan dan kemudian diatasnya diletakkan rangka-rangka baja yang berfungsi sebagai estetika.
Margo City : Margo City terdiri dari bentuk dasar persegi dan bentuk lingkaran pada bagian tengah yang sekaligus sebagi pusat bangunan. Bangunan ini tampil dengan nilai estetika yang tinggi. Atapnya menjulang tinggi menjadi landmark. Dari segi fotografi arsitektur , bangunan ini sangat member tampilan yang catik.



  Kesimpulan 
Dari hasil analisis dengan metode Tipikal didapat hasil bahwa ITC Depok merupakan bangunan publik yang hanya difungsikan sebagai pusat perbelajaan saja. Sedangkan Margo City Sebagai bangunan dengan konsep mall, bukan hanya hadir sebagai tempat shopping, tetapi juga menyediakan fasilitas olahraga pada area luar bangunan ini yang bisa memberikan oase ditengah hiruk pikuk kegiatan masayrakat kota Depok ini. Tidak hanya keberhasilan fungsi yang tercapai tetapi unsur estetika juga terpenuhi dengan baik. 




Minggu, 27 Juni 2010

KOTA LAMA DAN KOTA BARU DI INDONESIA

Kota Lama
Semarang dan Kota Lama seperti dua sisi mata uang yang tak bisa dipisahkan begitu saja. Dan tentu saja ini menghadirkan keunikan tersendiri. Sebuah gradasi yang bisa dibilang jarang ada ketika dua generasi disatukan hingga menciptakan gradasi yang cantik sebenarnya.
Pada dasarnya area Kota Lama Semarang atau yang sering disebut Outstadt atau Little Netherland mencakup setiap daerah di mana gedung-gedung yang dibangun sejak zaman Belanda. Namun seiring berjalannya waktu istilah kota lama sendiri terpusat untuk daerah dari sungai Mberok hingga menuju daerah Terboyo.


Secara umum karakter bangunan di wilayah ini mengikuti bangunan-bangunan di benua Eropa sekitar tahun 1700-an. Hal ini bisa dilihat dari detail bangunan yang khas dan ornamen-ornamen yang identik dengan gaya Eropa. Seperti ukuran pintu dan jendela yang luar biasa besar, penggunaan kaca-kaca berwarna, bentuk atap yang unik, sampai adanya ruang bawah tanah. Hal ini tentunya bisa dibilang wajar karena faktanya wilayah ini dibangun saat Belanda datang. Tentunya mereka membawa sebuah konsep dari negara asal mereka untuk dibangun di Semarang yang nota bene tempat baru mereka. Tentunya mereka berusaha untuk membuat kawasan ini feels like home bagi komunitas mereka.
Dari segi tata kota, wilayah ini dibuat memusat dengan gereja Blenduk dan kantor-kantor pemerintahan sebagai pusatnya. Mengapa gereja? Karena pada saat itu pusat pemerintahan di Eropa adalah gereja dan gubernurnya. Gereja terlibat dalam pemerintahan dan demikian pula sebaliknya.
Bagaimanapun bentuknya dan apapun fungsinya saat ini, Kota Lama merupakan aset yang berharga bila dikemas dengan baik. Sebuah bentuk nyata sejarah Semarang dan sejarah Indonesia pada umumnya.
Perwujudan seni dalam bentuk arsitektur bangunan mewarnai kawasan bekas kota bandar internasional yang terletak di pinggir pantai dengan muara Kali Garang yang bisa dilayari. Pramoedya Ananta Toer dalam buku Jalan Raya Pos, Jalan Daendels menggambarkan bahwa Semarang sejak dulu adalah daerah genangan Kali Garang.
Arsitektur bangunan di kawasan Kota Lama Semarang beragam. Ada Gereja Blenduk (Nederlandsch Indische Kerk) bikinan 1750 dengan atap kubah yang dipugar pada 1894. Di hadapan gereja ini berdiri gedung karya Thomas Karsten di tahun 1916 yang kini menjadi gedung Asuransi Jiwasraya. Jalanan di kawasan ini kini ber-paving karena terlalu sering diterjang banjir. Tak lupa bangunan Stasiun Tawang yang mencoba tetep bertahan dari terjangan rob. Belum lagi Pasar Semawis yang menghidupkan Pecinan tak jauh dari Kota Lama.Memang, jika dilihat seksama, kawasan ini belum tertata baik, semisal, begitu semrawutnya lalulintas kabel yang menghalangi pemandangan pada gedung-gedung tua di seluruh kawasan. Jadi mereka yang akan mengambil gambar harus berputar-putar mencari cara agar jalinan kabel yang berseliweran di atas tak menghalangi panorama yang akan diambil.Keberadaan Semarang diawali tahun 1476 dengan kedatangan utusan Kerajaan Demak (Ki Pandan Arang) untuk mengislamkan semenanjung Pulau Tirang (kini daerah Murgas dan Bergota, Semarang). Kawasan yang subur ini, konon, pohon asem masih jarang (dalam bahasa Jawa menjadi arang) sehingga nama asem arang itu berubah menjadi Samarang kemudian Semarang. Dalam buku Kota Lama Kota Baru: Sejarah Kota-kota di Indonesia, ada satu makalah berjudul Pemukiman Rakyat di Semarang Abad XX: Ada Kampung Ramah Anak, Radjimo Sastro Wijono menulis sejarah Semarang.Radjimo juga menuliskan tentang orang China pertama yang ada di kawasan Pulau Tirang yaitu Sam Po Tay Djin yang sudah ada sebelum Ki Pandan Arang tiba di sana. Sam Po Khong, klenteng, menjadi tengara keberadaan Sam Po tay Djin. Sejak abad 18 Semarang mengalami tiga kali perubahan batas kota dan di abad 19 kota ini disebut sebagai Kota Batavia kedua.Di abad 19, pusat strategis kota dihuni oleh kelompok ras Eropa. Disebutkan oleh Radjimo, ras tersebut menghuni Zeestraat (kini Jalan Kebon Laut): Poncol, Pendrikan, kawasan Kota Lama (sebelah timur Jembatan Berok). Sampai-sampai Domine Baron van Hoevell, seorang pendeta yang berkunjung ke Semarang tahun 1847 menyatakan, permukiman orang Eropa di timur Jembatan Berok itu seperti kota kecil di Eropa.
Kota Lama semula ada di dalam benteng yang konon dibangun 1705 dan dihancurkan pada 1824. Kota Lama terus berkembang hingga setelah 1945 Belanda angkat kaki. Kota Lama yang pernah jadi pusat politik dan ekonomi ini makin hari makin merana, ditinggalkan.Sementara itu Jakarta dimulai pada 1527 yaitu ketika Fatahillah berhasil mengenyahkan Pajajaran dan Portugis dan mengganti nama Sunda Kelapa menjadi Jayakarta. Di tahun 1619 VOC yang dipimpin oleh JP Coen menaklukkan Jayakarta dan membakar kota itu untuk kemudian mendirikan Batavia. Kota ini terus berkembang ke arah selatan hingga awal abad 20 di mana Kalibesar menjadi etalase bangunan dan jadi pusat perekonomian. Kawasan seluas 846 hektar itu kemudian juga ditinggalkan karena pusat ekonomi dan politik makin berkembang ke arah lebih selatan lagi ke arah pusat.

Sumber:
http://sieztha.wordpress.com/2006/12/06/kota-tua-semarang-jawa-tengah/
http://www.semarang.go.id/cms/pemerintahan/dinas/pariwisata/kota_lama/peta_kl.htm
http://semarangan.loenpia.net/sejarah/kota-lama-potongan-sejarah-kota-semarang.htm

Kota Baru
Kebayoran Baru dibangun di selatan Jakarta akhir 1940-an dan awal 1950-an. Kebayoran baru dibangun di areal pertanian untuk menyediakan perumahan bagi orang-orang yang bekerja di Jakarta. Namun, karena jarak antara Jakarta dan Kebayoran Baru terlalu dekat (kurang dari 10 km) dan tidak ada kontrol terhadap pembangunan di wilayah antaranya, akhirnya Kebayoran Baru menyatu dengan Jakarta.

Kebayoran baru direncanakan memiliki segala fasilitas yang diperlukan penghuninya, seperti perbelanjaan, pendidikan, kesehatan, peribadatan, pelayanan pemerintahan, taman-taman dan lapangan terbuka hijau dengan standar yang tinggi dan diharapkan menjadi kawasan permukiman yang indah, nyaman dan aman. Sayang rencana tersebut tidak sepenuhnya dilaksanakan. Banyak taman dan lapangan terbuka hijau yang diubah peruntukannya jadi perkantoran, perumahan, perbelanjaan dan lainnya. Sejak 1980-an banyak rumah yang diubah fungsinya menjadi kantor dan tempat usaha, bahkan ada perumahan yang dibongkar untuk membangun pusat perbelanjaan baru atau memperluas pusat perbelanjaan yang ada.

Kebayoran Baru direncanakan Pemerintah Pendudukan Belanda pada 1948. Pembangunannya dilakukan mulai 1949 sampai pertengahan 1950-an. Untuk pembangunannya didirikan Centrale Stichting Wederopkouw (CSW) dan Regional Opkouw Bureau Kebayoran. Setelah pengakuan kedaulatan Republik Indonesia akhir 1949, pembangunan dilanjutkan Djawatan Pekerdjaan Umum Kota Baru Kebayoran di bawah Kementrian Pekerdjaan Umum dan Tenaga.

Konsep awalnya adalah sebuah kota satelit, dimana semua fasilitas dapat menunjang komunitas di Kebayoran Baru. Sedangkan konsep dari penataannya adalah adalah "taman kotan", konsep yang banyak dipakai oleh para pengembangan properti modern. Dalam konsep ini, ruang terbuka hijau sebagai ruang milik publik mendapat perhatian khusus. Lokasi yang dipilih adalah daerah dekat Setasiun Kebayoran di sisi timur Kali Grogol.

Sebenarnya pada tahun 1950, Kebayoran Baru dirancang untuk ditempati 50 ribu orang saja. Tapi sekarang jumlahnya jauh melebihi itu. "Dulunya kota satelit tapi sekarang kota yang krodit.
Sungguh mengherankan dan naif membaca usulan rencana sebagianpengusaha yang disampaikan (didukung) Pemerintah Kota Jakarta Selatanuntuk mengubah fungsi peruntukan Kebayoran Baru dari kawasan perumahanmenjadi kawasan usaha (Kompas, 10/6). Padahal, berdasarkan Surat Keputusan (SK) Gubernur DKI Jakarta NomorD.IV-6099/33/ 1975, kawasan Kebayoran Baru ditetapkan sebagai KawasanPemugaran. Bahkan, Peraturan Daerah (Perda) Nomor 6 Tahun 1999 tentangRencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Jakarta 2000-2010 telah menetapkansebagian besar kawasan Kebayoran Baru sebagai Kawasan Perumahan/Hunian.Maka, Kebayoran Baru seharusnya dilindungi dan dilestarikan sebagaicontoh warisan budaya kota taman pertama di Indonesia. Bukan malahdigadaikan.
Menilik dari sejarah perkembangan Kota Jakarta, aset dan potensiKebayoran Baru memang layak dikategorikan sebagai kawasan cagar budaya.Hal ini diperkuat oleh Undang-Undang (UU) Nomor 5 Tahun 1992 tentangBenda Cagar Budaya. Pada Pasal 1 (1) disebutkan, benda cagar budayaadalah benda buatan manusia, bergerak atau tidak bergerak yang berupakesatuan atau kelompok, atau bagian-bagiannya atau sisa-sisanya, yangberumur sekurang-kurangnya 50 (lima puluh) tahun, atau mewakili masagaya yang khas dan mewakili masa gaya sekurang-kurangnya 50 (limapuluh) tahun, serta dianggap mempunyai nilai penting bagi sejarah, ilmupengetahuan, dan kebudayaan.
Dengan demikian, kota taman Kebayoran Baru yang telah berusia lebihdari 50 tahun dapat dikategorikan sebagai kawasan cagar budaya yangpatut dilindungi, dilestarikan, dan dikembangkan secara hati-hati,seperti yang sudah diatur dalam Perda No 11/1988 tentang KetertibanUmum di wilayah DKI Jakarta, Perda No 6/1999 tentang RTRW Jakarta2000-2010, serta Perda No 9/1999 tentang Perlindungan dan PemanfaatanLingkungan Kawasan Benda Cagar Budaya.
Artinya, segala macam kegiatan preservasi, konservasi, restorasi,rehabilitasi, rekonstruksi, renovasi, dan atau revitalisasi dalamkawasan Kebayoran Baru, apalagi untuk kegiatan komersial, harusdidahului kajian analisis dampak lingkungan dan sosial, serta studikelayakan konservasi dan pengembangan kota, yang mendalam danindependen..
Kebayoran Baru memiliki konsistensi hierarki jalan dan peruntukanlahan yang jelas, mulai dari Blok A hingga Blok S. Sebagai kota taman,Kebayoran Baru dirancang didominasi ruang terbuka hijau (RTH) lebihdari 30 persen dari total luas kota Kebayoran Baru 720 hektar. Suatuhal yang kini sulit diwujudkan oleh Kota Jakarta sekarang maupun dalamperencanaan kota di Indonesia.
Taman kota (Taman Puring, Taman Patung Tumbuh Kembang, TamanLangsat, Taman Leuser, Taman Barito, Taman Christina Marta-Tiahahu,Taman PKK), taman pemakaman umum (TPU Blok P yang sudah digusur, TPUKramat Pela), lapangan olahraga (Blok S yang bersejarah, Al Azhar),jalur hijau jalan raya, dan bantaran sungai saling menyatu dengandidominasi deretan pohon besar berusia puluhan tahun berdiameter lebihdari 50 sentimeter yang harus dilindungi.
Kebayoran Baru dikelilingi oleh sabuk hijau bantaran Kali Grogol diBarat dan Kali Krukut di timur, serta kompleks Gelora Bung Karno diutara. Fasilitas ruang publik dengan konsep taman-taman penghubung(connector park), seperti yang biasa ditemukan pada kota-kota taman diSingapura, Melbourne, atau London, disediakan dalam bentuk taman kotadan taman lingkungan yang tersebar sistematis, terencana, dan salingberhubungan tak terputus disesuaikan dengan peruntukan hunian.
Namun, jika tidak ada upaya negosiasi dengan pengelola lahan melaluipola kemitraan hijau, cadangan RTH tersebut dapat saja digusur setiapsaat digantikan bangunan instansi pemilik lahan. Ironisnya, penggusuranRTH tampaknya akan terus berlanjut tanpa terkendali dan sanksi tegas,seperti pengurukan situ menjadi golf drive range, dan penggusuran TPUBlok P menjadi Kantor Wali Kota Jakarta Selatan (1997).
Kebayoran Baru memiliki kekayaan warisan budaya arsitektur bangunanyang sederhana, modern, dan tropis yang semestinya harus dilindungi.Berbagai tipe bangunan hunian dengan berbagai ukuran dan gaya berbedamelatarbelakangi sejarah panjang kota taman ini.
Konservasi tipe-tipe bangunan bersejarah seperti rumah besar di JlSriwijaya, Jl Adityawarman, Jl Galuh, Jl Kertanegara, Jl Daksa, JlErlangga, Jl Pulokambeng (Blok J dan L); rumah sedang (300-500 meterpersegi) di Jl Lamandau dan Jl Mendawai (Blok D); rumah kecil berdiritunggal maupun gandeng dua (200 meter persegi) di Jl Kerinci (Blok E)dan di Jl Gandaria (Blok C), rumah jengki di Jl Sinabung yang dirancangMoh Soesilo, arsitek kota Kebayoran Baru; rumah deret mungil dan cantikdi Jl Brawijaya; serta gedung dan flat Bank Indonesia di Blok J, danflat Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian di Jl Wijaya yang termasuk gedungmodern pada zamannya.
Kebayoran Baru juga sudah merencanakan pusat-pusat perniagaan,seperti Pasar (tradisional) Santa, Pasar Blok A dengan menara airnyayang menjadi landmark, Pasar Mayestik, dan Blok M, serta kios-kiosbunga, buah, dan burung yang berada di sekitar Jl Barito, yang masihdapat dikembangkan lebih optimal ketimbang mengubah kawasan perumahansecara keseluruhan menjadi kawasan usaha.
Komitmen dan konsistensi pelaksanaan pembangunan fisik kota harusdiimbangi dengan konservasi RTH secara ketat dan disiplin dalam menataruang kota, serta pengendalian fungsi bangunan rumah. Tidak semua lahanharus dipenuhi bangunan gedung perkantoran, ruko, mal, hotel, atauapartemen, dan tidak semua rumah harus dijadikan tempat usaha.
Kebayoran Baru sebagai kota taman merupakan aset, potensi, daninvestasi RTH Kota Jakarta yang memiliki nilai ekologi, ekonomi,edukatif, dan estetis, yang notabene menjamin keberlanjutan lingkunganhidup kota dengan konsisten untuk kemudian menjadikan kota sebagaipusat perdagangan jasa dan tujuan wisata.
Sumber:
http://www.penataanruang.net/taru/sejarah/BAB%206.7%20footer.pdf
http://djakartamagz.blog.friendster.com/



KESIMPULAN
Pembangunan kota baru sudah dilakukan sejak lama, sebelum Negara Kesatuan Republik Indonesia terbentuk. Pembangunan kota baru dimulai dengan pembangunan kota-kota kerajaan yang menurut penelitian para ahli sudah dimulai pada zaman kerajaan Hindu. Pemilihan lokasi dan perencanaannya dilakukan raja dan para pembantunya. Proses tersebut berlanjut pada zaman kerajaan Islam dan zaman penjajahan Belanda. Hanya saja, peran raja tentunya diganti dengan peran penguasa Belanda.

Setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia, pembangunan kota baru terus terjadi, bahkan dengan intensitas meninggi karena pertambahan penduduk dan perkembangan budaya masyarakat, terutama perkembangan teknologi. Pembangunan kota baru dari waktu ke waktu tentunya sesuai kebutuhan masyarakat yang terus meningkat, baik macamnya, jumlahnya maupun kualitasnya. Ada kota baru yang diperlukan karena berkembangnya pemerintahan, ada yang diperlukan untuk menunjang pemanfaatan sumber daya
alam, ada yang diperlukan untuk menunjang perkembangan industri manufaktur dan ada pula yang bertujuan mengatasi persoalan kota besar dan metropolitan dengan mengalihkan arus migrasi dan investasi yang semula menuju kota besar atau metropolitan menuju kota-kota baru.

Sumber:
http://www.penataanruang.net/taru/sejarah/BAB%206.7%20footer.pdf

Selasa, 22 Juni 2010

Jumat, 14 Mei 2010

KEPADATAN DAN KESESAKAN

KONSEP-KONSEP FENOMENA PERILAKU MANUSIA
A। KEPADATAN
Kepadatan atau density mendapat perhatian khusus dari ahli- ahli psikologi lingkungan। Menurut Sundstrom (dalam Wringhtsman & Deaux, 1981) kepadatan adalah sejumlah manusia dalam setiap unit ruangan। Atau sejumlah individu yang berada di suatu ruangan atau wilayah tertentu dan lebih bersifat fisik (Holahan, 1982; Heimstra dan McFarling, 1978; Stokols padat bila jumlah manusia pada suatu batas ruang tertentu semakin banyak dibandingkan dengan luas ruagannya (Sarwono, 1992)।
Penelitian tentang kepadatan pada manusia berawal dari penelitian terhadap hewan yang dilakukan oleh John Calhoun। Penelitian Calhoun (dalam Worchel dan Cooper, 1983)ini bertujuan untuk mengetahui dampak negatif kepadatan dengan menggunakan hewan percobaan tikus। Hasil penelitian ini menunjukkan adanya perilaku kanibal pada hewan tikus seiring dengan bertambahnya jumlah tikus। Secara terinci hasil penelitian Calhoun (dalam Setiadi, 1991)menunjukkan hal sebagai berikut:
Pertama, dalam jumlah yang tidak padat( kepadatan rendah), kondisi fisik dan perilaku tikus berjalan normal। Tikus-tikus tersebut dapat melaksanakan perkawinan, membuat sarang, melahirkan,dan membesarkan anaknya seperti halnya kehidupan alamiah। Kedua, dalam kondisi kepadatan tinggi dengan pertumbuhan populasi yang tak terkendali, ternyata memberikan memberikan dampak negative terhadap tikus-tikus tersebut। Terjad penurunan fisik pada ginjal, otak, hati, dan jaringan kelenjar, serta penyimpangan perilaku seperti hiperktif,homoseksual, dan hanibal। Akibat keseluruhan dampak negative tersebut menyebabkan penurunan kesehatan dan fertilitas, sakit, mati, dan penurunan populasi।
Selain itu pengamatan yang dilakukan oleh( dalam Setiadi, 1991) terhadap jenis tikus Norwegia,menunjukan bahwa apabila jumlah kelompok telah terlalu besar (over populated)maka terjadi penyimpangan perilaku tikus-tikus itudengan menceburkan diri ke laut। Hal ini mengakibatkan oleh tidak berfungsinya otak secara wajar karena kepadatan tinggi tersebut। Tentu saja hasil penelitian terhadap hewan ini tidak dapat diterapkan pada manusia secara langsung karena manusia mempunyai akal dan norma dalam hidup bermasyarakat। Oleh karena itu, untuk penelitian kepadatan pada manusia cenderung didasarkan pada manusia cenderung didasarkan pada data sekunder yaitu data- data yang sudah ada, dari data-data tersebut diamati gejala-gejala yang sering muncul dalam masyarakat।
Penelitian terhadap manusia yang pernah dilakukan oleh Bell( dalam Setiadi, 1991) mencoba merinci: bagaimana manusia merasakan dan bereaksi terhadap kepadatan yang terjadi; bagaimana dampaknya terhadap tingkah laku social; dan bagaimana dampaknya terhadap task performance (kineja tugas)? Hasilnya memperlihatkan ternyata banyak hal-hal yang negative akibat dari kepadatan।
Pertama, ketidaknyamanan dan kecemasan, peningkatan denyut jantung dan tekanan darah, sehingga terjadi penurunan kesehatan atau peningkatan pada kelompok manusia tertentu।
Kedua, peningkatan agresivitas pada anak-anak dan orang dewasa atau enjadi sangat menurun bila kepadatan tinggi sekali। Juga kehilangan minat berkomunikasi, kerjasama , dan tolong-menolong sesame anggota kelompok।
Ketiga, terjadi penurunan ketekunan dalam pemecahan persoalan atau pekerjaan। Juga penurunan hasil kerja terutama pada pekerjaan yang menurut hasil kerja yang kompleks।
Dalam penelitian tesebut diketahui pula dampak negative kepadatan lebih berpengaruh terhadap pria atau dapat dikatakan bahwa pria lebih memiliki perasaan negative pada kepadatan tinggi bila dibandingkan dengan perempuan. Pria juga bereaksi lebih negative terhadap anggota kelompok, baik pada kepadatan tinggi ataupun rendah dan wanita justru lebih menyukai anggta kelompoknya pada kepadatan tinggi.
Pebicaraan tentang kepadatan tidak akan terlepas dari masalah kesesakan। Kesesakan merupakan persepsi individu terhadap keterbatasan ruang, sehngga lebih bersifat psikis ( Gifford, 1978: Schmidt dan Keating, 1979; Stokols dalam Holahan, 1982)। Kesesakan terjadi bila mekanisme privasi individu gagal berfungsi dengan baik karena individu atau kelompok terlalu banyak berinteraksi dengan yang laen tanpa diinginkan individu tersebut।
Baum dan Paulus (1987) menerangkan bahwa proses kepadatan dapat dirasakan sebagai kesesakan atau tidak dapat ditentukan oleh penilaian individu berdasarkan empat faktor:
a। Karakteristik seting fisik
b। Karakteristik seting social
c। Karakteristik personal
d। Kemampuan beradaptasi
Keempat faktor ditambah dengan kepadatan tersebut dapat dirangkum pada gambar berikut:

Berdasarkan keterangan dan gambar diatas, maka dapat disimpulkan bahwa hubungan antara kepadatan dan kesesakan bukanlah suatu hubungan sebab-akibat, melainkan kepadatan merupakan sala satu syarat terjadinya kesesakan Berikut ini akan dibahas kategori kepadatan dan akibat-akibat kepadatan tinggi.
1। Kategori Kepadatan
Menurut Altman (1975), di dalam studi sosiologi sejak tahun 1920-an, varies indicator kepadatanberhubungan dengan tingkah laku social। Varisi indicator kepadatan itu meliputi jumlah individu dalam sebuah kota, jumlah individu pada daerah sensus,jumlah individu pada unit tempat tinggal, jumlah ruangan pada unit tempat tinggal,jumlah bangunan pada lingkungan sekitar dan lain-lain।
Kepadatan dapat dibedakan ke dalambeberapa kategori। Holahan (1982) menggolongkan kepadatan ke dalam dua kategori,yaitu kepadatan spasial yang terjadi bila besar atau luas ruangan diubah menjadi lebih kecil sedangkan jumlah individi tetep, sehingga didapatkan kepadatan meningkat sejalan menurunnya besar ruangan, dan kepadatan sosialyang terjadi bila jumlah individu ditambah tampa diiringi dengan penambahan besar atau luas ruangan sehingga didapat kepadatan meningkat sejalan dengan bertambahnya individu। Altman (1975) membagi kepadatan menjadi kepadatan dalam yaitu sejumlah individu yang berada dalam suatu ruangan atau tempat tinggal seperti kepadatan dalam rumah,kamar: dan kepadatan luar yaitu sejumlah individu yang berada pada suatu wilayah tertentu, sepertijumlah penduduk yang bermukim di suatu wilayah permukiman।
Zlutnick dan Altman menggambarkan sebuah modeldua dimensi untuk menunjukkan beberapa macam tipe linkungan permukiman, yaitu:
1। Lingkungan pinggirankota, yang ditandai dengan tingkat kepadatan luar dan kepadatan dalam yang rendah
2। Wilayah desa miskin dimana kepadatan dalam tinggi sedangkan kepadatan luar tinggi
3। Lingkungan mewah Perkotaan, diman kepadatan dalam rendah sedangkan kepadatan luar tinggi
4। Perkampungan kota yangditandai dengan tingkat kepadatan luar dan kepadatan dalam yang tinggi।

2। Akibat- akibat Kepadatan Tinggi
Menurut Heimstra dan Mc Farling (1978) menberikan akibat bagi manusia baik secara fisik,social maupun psikis। Akibat secara fisik yaitu reaksi fisik yang didasarkan individu sepertipeningkatan detak jantung, tekanan darah, dan penyakit fisik lain।
Akibat secara psikis:
a। Stress, kepadatan tinggi dapat menumbuhkan perasaan negative, rasa cemas,stresdan perbahan suasana hati
b. Menarik diri, kepadatan tinggi menyebabkan individu cenderung untukmenarik diri dan kurang mau berinteraksi dengan lingkungan sosialnya.
c। Perilaku menolong kepadatan tinggi juga menurunkan keingina individu untuk menolong.
d. Kemampuan mengerjakan tugas, situasi dapat menurunkan kemampuan individu untuk mengerjakan tugas-tugasnya pada saat tertentu.
e. Perilaku agresi, situasi yang padat dialami individu dapat menumbuhkan frustasi dan kemarahan, serta pada akhirnya akan terbentuk perlaku agresi

B। KESESAKAN

Menurut Altman (1975) kesesakan adalah suatu proses interpersonal pada suatu tingkatan interaksi manusia satu dengan yang lainnya dalam suatu pasangan atau kelompok kecil। Perbedaan pengertian antara kesesakan dan kepadatan sebagaiman yang telah dibahas terdahulu tidaklah jelas benar, bahkan kadang-kadang keduanya memiliki pengertian yang sama dalam merefleksikan pemikiran secara fisik dari sejumlah manusia dalam suatu kesatuan ruang।
Adapun kesesakan dikatakan sebagai keadaan motivasional yang merupakan interaksi dari faktor spatial, social dan personal, dimana pengertiannya adalah persepsi individu terhadap keterbatasan ruang sehingga timbul kebutuhan akan ruang yang lebih luas। Jadi rangsangan berupa hal-hal yang berkaitan dengan keterbatasan ruang disini kemudian diartikan sebagai suatu kekurangan।
Kesimpulan yang dapat diambil adalah pada dasarnya batasan kesesakan melibatkan persepsi tentang terhadap keadaan ruang yang dikaitkan dengan kehadiran sejumlah manusia, dimana ruang yang tersedia dirasa terbatas atau jumlah manusianya yang diras selali banyak। Berikut ini akan dibahas faktor-faktor yang mempengaruhi kesesakan dandan pengaruh kesesakan terhadap perilaku।
1। Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kesesakan
Terdapat tiga faktor yang mempengaruhi kesesakan yaitu : personal, social, dan fisik, yang akan dibahas satu persatu।
Faktor Personal। Fakltor personal terdiri dari control pribadi dan locus of control ; budaya, pengalaman, dan proses adaptasi ; serta jenis kelamin dan usia।
a। Control pribadi dan locus of control
Seligman dan kawan-kawan mengatakan bahwa kepadatan tinggi baru akan menghasilkan kesesakan apabila individu sudah tidak mempunyai control terhadap lingkungan di sekitarnya , sehingga kesesakan dapat dikurangi pengaruhnya bila individu tersebut memainkan peran control pribadi di dalamnya।
b। Budaya, pengalaman, dan proses adaptasi
Suatu penelitian yang dilakukan oleh Nasar dan min yang mencoba membandingkan kesesakan yang dialami oleh orang Asia dan orang Mediterania yang tinggal diasrama yang sama di Amerika Utara, menemukan adanya perbedaan persepsi terhadap kesesakan pada individu dengan latar belakang budaya yang berbeda, diman orang mediterania merasa lebih sesak dari pada orang Asia

Faktor Sosial।menurut Gifford (1987)secara personal individu dapat lebih banyak atau lebih sedikit mengalami kesesakan cenderung dipengaruhi oleh karakteristik yang sudah dimiliki। Akan tetapi pengaruh orang lain dalam lingkungan dapat juga memperburuk keadaan akibat kesesakan। Faktor- faktor social yang berpengaruh tersebut adalah:
a। Kehadiran dan perilaku orang lain
Kehadiran orang lain akan menimbulkan perasaan sesak apabila individu merasa terganggu dengan kehadiran orang lain।
b। Formasi koalisi
Keadaan ini didasari pada pendapat yang mengatakan bahwa meningkatnya kepadatan social akan dapat meningkatkan kesesakan।
c। Kualitas hubungan
Kesesakan menurut penelitian yang dilakukan oleh Schffer dan Patterson sangat dipengaruhi oleh seberapa baik seseorang individu dapat bergaul denghan orang lain।
d। Informasi yang tersedia
Kesesakan juga dipengaruhi oleh jumlah dan bentuk informasi yang muncul sebelum dan selama mengalami keadaan yang padat

Faktor Fisik। Gove dan Hughes (1983) menemuka bahwa kesesakan di dalam rumah berhubungan dengan faktor-faktor fisik yang berhubungan dengan kondisi rumah seperti jenis rumah, urutan lantai, ukuran rumah dan suasan sekitar rumah।

Faktor situasional terdiri dari:
a। Besarnya skala linkungan
b। Variasi arsitektural

2। Pengaruh Kesesakan terhadap Perilaku

Bila suatu lingkungan berubah menjadi sesak (crowded), sumber-sumber yang ada didalamnya pun bisa menjadi berkurang, aktifitas seseorang akan terganganggu oleh aktifitas orang lain, interaksi interpersonal yang tidak diinginkan akan mengganggu individu dalam mencapai tujuan personalnya,gangguan terhadap norma tempat dapat meningkatkan gejolak dan ketidaknyamanan serta disorganisasi keluarga, agresi penarikan diri secara psikologis dan menurunnya kualitas hidup।
Sampai sekarang ada beberapa ahli yang tetap beranggapan bahwa kesesakan tidak hanya berpengaruh negative bagi individu tetapi bisa juga berpengaruh positif।
Freedman(1975) memandang kesesakan sebagai suatu keadaan yang dapat bersifat positif maupun negative tergantung dari situasinya. Jadi kesesakan dapat dirasakan sebagai suatu pengalaman yang kadang-kadang menyenagkan dan kadang-kadang tidak menyenagkan. Bahkan dari banyak penelitiannya diperoleh kesimpulan bahwa kesesakan sama sekali tidak bepengaruh negatif terhadap objek penelitian.
Pengaruh negative kesesakan tercermin dalam bentuk penurunan-penurunan psikologis, fsiologis, dan hubungan social individu। Pengaruh psikologis yang ditimbulkan oleh kesesakan antara lain adalah perasan kurang nyaman, stress, kecemasan, suasana hati yang kurang baik, prestasi kerja dan prestasi belajar menurun, agresivitas meningkat, dan bahkan juga gangguan mental yang serius।
Individu yang berada dalam kesesakan juga akan mengalami malfungsi fisiologis seperti meningkatnya tekanan darah dan detak jantung, gejala-gejala psikosomatis, dan penyakit fisik yang serius।
Perilaku social yang sering kali timbul karena sitasi yang sesak antara lain adalah kenakalan remaja, menurunnya sikap gotong-royong dan saling membantu, penarikan diri dari lingkungan social, berkembangnya sikap acuh tak acuh, dan semakin berkembangnya intensitas hubungan social(Holahan, 1982)।
Dari beberapa penelitian Baum dkk menyimpulkan bahwa kepadatan social lebih aversif daripada kepadatan ruang। Kepadatan ruang sering memunculkan masalah hanya pada laki-laki saja karena dalam situasi padat laki-laki lebih bersikap konpetitif। Kebanyakan masalh kepadatan muncul karena terlalu banyaknya orang dalam suatu ruangan dari pada masalah-masalah yang ditimbulkan karena terbatasnya ruangan।
Menurut hipotesis interaksi yang tidak diinginkan, efektif negative dari kesesakan terjadi karena dalam situasi sesak kita memenuhi lebih banyak interaksi dengan orang lain dari pada yang kita inginkan ( Baum & Valine dalam Watson dkk, 1984)। Sementara menurut hipotetis kehilangan control, akibat negative dari kesesakan terjadi karena kesesakan menyebabkan kita kehilangan control selama kejadian।

Jumat, 09 April 2010

GEJALA-GEJALA PERSEPSI TERHADAP RUANG

Konsep-konsep tentang persepsi ruang
1. Privacy
Privacy berarti :
• Keinginan atau kecenderungan pada diri seseorang untuk tidak diganggu kesendiriannya.
• Dorongan untuk melindungi ego seseorang dari gangguan yang tidak dikehendaki.

Jenis-jenis privacy:
1. Golongan yang berkeinginan untuk tidak diganggu secara fisik
A. Keinginan untuk menyendiri (solitude
B. Keinginan untuk menjauhkan dari pandangan atau gangguan suara tetangga/lalulintas (seclution)
C. Keinginan untuk intim dengan orang-orang tertentu saja, tetapi jauh dari semua orang.(intimacy)
2. Golongan yang berkeinginan untuk menjaga kerahasiaan diri sendiri yang berwujud dalam tingkah laku hanya member informasi yang dianggap perlu
A. Keinginan untuk merahasiakan jati diri (anonymity)
B. Keinginan untuk tidak mengungkapkan diri terlalu banyak kepada orang lain(Reserve)
C. Keinginan untuk tidak terlibat dengan tetangga (not neighboring)
Contoh disain rumah susun yang dibuat untuk meningkan pripacy penghuninya (jurusan fsikologi social & jurusan arsitektur UI, 1987)



Perhatian: -posisi tangga
 Adanya void( lubang dari atas ke bawah)
 Perbandingan lebarkoridor terhadap lebar void
2. Teritorialitas
Teritorialitas : suatu pola tingkahlaku yang ada hubungannya dengan kepemilikan atau seseoran / kelompok atas sebuah tempat atau lokasi
Pola tingkah laku ini mencakup personalitas & pertahanan terhadap dari luar.
Contoh:
1. Sebuah kamar tidur adalah teritori penghuninya dengan kepeilikan atau sesesorang/ kelompok atau sebuah tempat atau lokasi.
2. Kaarena kesesakan persepsi maka sifatnya subjektif.
Contoh:
• Orang yang sudah bisa naik bis yang dapat menumpangnya, sudah tidah merasa sesak lagi
• Orang yang bisa mengendarai kendaraan pribadi, merasa sesak dalam bis yang setengah kosong.
Perbedaan kepadatan & kesesakan
• Kepadatan (dencity) : kendala kekurangan (bersifat objektif)
• Kesesakan (crowding): respon subjektif terhadap ruang yang sesak.
Kepadatan memang merupakan syarat yang diperlukan untuk timbulnya persepsi kesesakan, tetapi bukan lahsyarat yang mutlak.

Manusia membedakan kepadatan didalam rumahnya dan di luar rumahnya

Dari kombinasi dua jenis kepadatan tersebut diperoleh 4 jenis kepadatan:
1. Kepadatan Pedesaan
Kepatan dalam rmah tinggi, tetapi kepadatan iluar rendah
2. Kepadatan pinggiran kota
Kepatan di dalam dan diluar rendah
3. Kepadatan pemukiman kumuh dikota
Kepadatan dan di luar tinggi
4. Kepadatan pemukiman mewah d iota besar
Kepadatan didalam rumah rendah tetapi diluar tinggi

Seseorang terjadinya konflik dengan orang? Kelompok lain yang bermaksud mengintervensi teritority tersebut terjadi pada situasi- situasi diman batas-batas teritority idak jelas atau tidak bisa dipermasalahkan.

Penggunaan teritori:
Territory primer
1. Tempat-tempat yang sangat pribadi sifatnya yang hanya boleh dimasuki ole orang-orang yang sudah akrab atau mendapat izin khusus
Contoh: Rumah ruang kantor
2. Territory sekunder
Tempat-tempat yang dimiliki bersama oleh sejumlah orang yang sudah cukup saling mengenal
Contoh: ruang kelas, kantin khusus kantor.
3. Territory public
Tempat-tempat terbuka untuk umum yang pada prinsipnya setiap orang di perkenankan berada di tempat itu.
Contoh: pusat perbelanjaan, tepat rekreasi

Jumat, 26 Maret 2010

Perilaku Manusia Terhadap Lingkungan

FUNGSI RUANG TERBUKA
Ada peningkatan kesadaran bahwa operasi dan livability dari suatu komunitas adalah sama tergantung pada porsi yang dikembangkan dan berkembang. Untuk tujuan perencanaan, ruang terbuka memiliki tiga fungsi dasar: pembentukan komunitas yang menarik, pelestarian proses alam (misalnya lahan basah dan satwa liar), dan rekreasi.
Sebuah mungkin keempat fungsi ruang terbuka keringanan pajak. Studi yang dilakukan oleh Trust for Public Land, Southern New England Hutan Konsorsium, dan lain-lain menunjukkan bahwa jika dibandingkan dengan lahan yang dikembangkan, dilestarikan menghasilkan ruang terbuka tidak ada pajak, tetapi juga membutuhkan pelayanan perkotaan jauh lebih sedikit daripada industri, komersial, dan pemukiman menggunakan.
Ruang terbuka adalah penggunaan lahan yang unik dalam hal ini dapat meningkatkan livability semua penggunaan lahan lain, dan memperlancar transisi di antara mereka. Sebagai contoh, kemampuan buffering ruang terbuka yang berguna untuk estetika dan kebisingan. Nilai properti hunian dan keinginan dapat meningkat ketika bersebelahan dengan ruang terbuka yang dilindungi terhadap kerusakan harta benda.

Sala satu teori beban lingkungan adalah teory adaptasi stimulasi kita yang optimal ada tiga dimensi hubungan perilaku lingkungan yaitu:
a. Intensitas, terlalu banyak orang atau terlalu sedikit orang menyebabkan perasaan sesak dan terlalu sediki orang menyebabkan orang merasa terasing
b. Keanekaragaman. Keanekaragaman benda atau manusia berakibat terhadap pemrosesan informasi. Terlalu beraneka membuat perasaan overload dan kekuranganekaragaman membuat perasaan monoton.
c. Keterpolaan. Keterpolaan berkaitan dengan kemampuan memprediksi. Jika suatu setting dengan pola yang tidak jelas dan rumit menyebabkan beban dalam pemrosesan informasi sehingga stimulus sulit diprediksi, sedangkan pola-pola yang sangat jelas menyebabkan stimulasi mudah diprediksi.

Perilku manusia merupakan bagian dari kompleksitas ekosistem yang mempunyai beberapa asumsi dasr sebagai beriut ;
a. Perilaku manusia terkait dengan konteks lingkungan
b. Interaksi timba balik yang menguntungkan antar manusian dan lingkungan
c. Interaksi dan lingkungan bersifat dinamis
d. Interksi manusia dan lingkungan terjadi dalam berbagai level dan tergantung pada fungsi.
Hubungan manusia dan lingkungan merupakan hubungan yang dinamis dan bukan bersifat langsung. Oleh karenanya upaya memahami perilaku manusia dalam konteks lingkungan, perlu kiranya dibuat model umum hubungan manusia lingkungan. Model umum hubungan manusia dan lingkungan dapat disusun melalui kajian-kajian intensif dengan memperhatikan keanekaragaman lingkungan fisik dan karakteristik yang berbeda pada manusia. Pengabdian terhadap keanekaragaman lingkungan dan karakteristik manusia merupakan suatu penyederhanaan , yang sering kali dilakukan oleh peneliti.

Minggu, 28 Februari 2010

Senin, 08 Februari 2010

Adaptasi Konsep Arsitektur Hemat Energi dengan Potensi Iklim dan Sumber Daya Alam Indonesia dalam Upaya Mengurangi Efek Pemanasan Global

Aspek energi dalam proses perencanaan arsitektur merupakan suatu hal yang fundamental dan menjadi pijakan suatu desain.

Akan tetapi pada prakteknya, para arsitek semakin mengesampingkan tujuan dari desain yang sebenarnya. Desain tidak lagi secara fungsional dapat memenuhi kebutuhan penghuni serta mengatasi permasalahan mikro maupun makro, akan tetapi semakin bergeser pada orientasi ke arah kapitalisme arsitektur. Disini arsitektur dijadikan sebagai alat untuk berbisnis, sehingga arsitektur lebih diciptakan hanya dengan mengutamakan aspek fungsi, estetika, dan keuntungan semata di atas ilmu pengetahuan dan teknologi yang terus berkembang, serta mengesampingkan efek realisasi desain arsitektur tersebut terhadap lingkungan alam sebagai unsur makro dimana desain tersebut berpijak.

Padatnya bangunan yang semakin mempersempit ruang terbuka hijau dengan konsep desain yang kurang dan bahkan tidak ramah lingkungan, merupakan salah satu kontributor terbesar penyebab terjadinya pemanasan global di dunia. Peneliti dari Queen’s University Ontario Canada mengamati perubahan es abadi di Kutub Utara selama 15 tahun terakhir, dan tercatat dalam empat tahun terakhir kerusakan paling dahsyat terjadi, yakni suhu di Kutub Utara mencapai 22 derajat Celcius dimana sebelumnya tidak pernah di atas 0 derajat Celcius. Kedalaman es di Kutub Utara pun sudah sangat menipis dan bahkan mengapung di permukaan.

Disini terlihat pentingnya konsep arsitektur hemat energi untuk diterapkan dan dijadikan sebagai pijakan desain bagi setiap arsitek. Dimana penerapan konsep arsitektur hemat energi, khususnya di Indonesia dapat membantu mengurangi efek pemanasan global yang semakin meningkat di dunia. Akan tetapi konsep arsitektur hemat energi belum mendapat perhatian khusus pada pola pendidikan arsitektur di Indonesia, dan bahkan lebih banyak menyerap konsep arsitektur dari Barat yang belum tentu cocok untuk diterapkan di Indonesia. Kita juga perlu mengadaptasi konsep arsitektur hemat energi yang paling sesuai dengan iklim dan sumber daya alam di Indonesia. Desain arsitektur di Indonesia tentunya harus berbasis pada konsep arsitektur hemat energi yang bersahabat dengan iklim Indonesia yang panas dan lembab. Kemudian penggunaan material bangunan yang dapat didaur ulang dan tidak mengeruk kekayaan alam Indonesia secara berlebihan dan terus-menerus, melainkan memanfaatkan potensi material lokal setempat untuk keberlanjutan lingkungan. Di samping itu perlu dilakukan optimalisasi pemanfaatan pencahayaan alami dari sinar matahari dengan membuat bukaan-bukaan pada selubung bangunan, serta optimalisasi penghawaan alami dalam upaya pengurangan penggunaan AC.

http://blog.beswandjarum.com/wasiskalyati/category/arsitektur-hari-ini/

Kamis, 04 Februari 2010

PENGARUH KEBUDAYAAN INDONESIA TERHADAP KEBUDAYAAN ASING

Sejarah merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia dan menjadi suatu rangkaian yang erat sepanjang kehidupan manusia. Berkaitan dengan hal tersebut maka sejarah yang akan dibahas dalam penulisan ini adalah yang berkaitan dengan kebudayaan, terutama kebudayaan asing yang telah memberikan pengaruh dalam kehidupan bangsa Indonesia dan khususnya memberikan pengaruh pada pembentukan kebudayaan Indonesia. Sejarah memberikan pelajaran dan pengalaman untuk manusia di masa sekarang dan di masa yang akan datang. Dari sejarah akan dapat diketahui kegagalan dan keberhasilan yang dialami oleh manusia dan memberikan suatu pedoman bagi manusia di masa yang akan datang untuk lebih berhati-hati dalam melakukan segala sesuatu agar dapat mencapai keberhasilan dan peningkatan kualitas kehidupan. Seperti yang dikatakan filsuf terkenal dari Cina, Kong Fu Tse yang mengatakan “Sejarah mendidik kita bertindak bijaksana”.
Kebudayaan yang dimiliki oleh bangsa Indonesia merupakan kebudayaan yang majemuk dan sangat kaya ragamnya. Perbedaan yang terjadi dalam kebudayaan Indonesia dikarekan proses pertumbuhan yang berbeda dan pengaruh dari budaya lain yang ikut bercampur di dalamnya.
Pengaruh Budaya dari Tmur yang berasal dari Daratan Cina dan India berupa ajaran agama Budha dan Hindu. Proses masuknya pengaruh Hindu Budha ke Indonesia dapat disebut sebagai masa peng-Hindu-an, walaupun kata penghinduan ini tidak tepat karena tidak hanya pengaruh agama Hindu saja yang masuk ke Indonesia tetapi juga pengaruh agama Budha. Meskipun demikian, bagaimana cara masuknya pengaruh Hindu Budha ke Indonesia dan siapa yang menjadi pembawanya tidak dapat diketahui secara pasti.
Berdasarkan penelitian sejarah, muncul beberapa teori tentang pembawa pengaruh Hindu Budha ke Indonesia. Antara lain adalah Teori Sudra yang menyatakan bahwa penyebaran agama Hindu ke Indonesia dibawa oleh orang-orang India yang berkasta Sudra. Teori Waisya, menyatakan penyebaran agama Hindu dibawa oleh orang berkasta Waisya. Atas dasar kedatangan kasta waisya yang berprofesi sebagai pedagang dan kemudian mengadakan hubungan dagang dan menikah dengan wanita Indonesia. Teori Ksatria yang menyatakan bahwa pengaruh Hindu dibawa oleh kasta kesatria. karena adanya kekacauan politik di India sehingga banyak anggota kasta Kesatria yang lari dari India dan menetap di Indonesia. Para Kesatria ini mendirikan kerajaan di Indonesia dan kemudian turut serta menyebarkan agama Hindu. Dan Teori Brahmana karena Kaum Brahmana datang ke Indonesia dan kemudian ikut pula mngajarkan ajarannya kepada masyarakat di Indonesia. Penyebaran agama Hindu dan Buhda di Indonesia dilakukan bersamaan dengan kegiatan perdagangan atau hubungan dagang. Di samping itu penyebaran juga dilakukan dengan mendatangkan para Brahmana / pendeta dari India dan mengirim orang-orang Indonesia ke India untuk mempelajari agama Hindu.
Pengaruh kebudayaan dari Timur yang dipilih secara selektif dan disesuaikan dengan kehidupan masyarakat Indonesia. Pengaruh yang diberikan tersebut sangat besar terutama dalam hal kepercayaan, pemerintahan, ekonomi dan kebudayaan. Di Indonesia menjadi babak baru dalam kehidupan kepercayaan masyarakat Indonesia. Masyarakat indonesia yang tadinya mempunyai kepercayaan animisme kemudian berubah menjadi penganut agama tersebut meskipun masih terdapat pengaruh kepercayaan lama seperti pemujaan kepada roh nenek moyang dll. Pada bidang pemerintahan, Sistem pemerintahan kesukuan dan pemujaan terhadap tokoh spiritual atau kepala suku kemudian bergeser menjadi pemerintahan kerajaan. Sistem pemerintahan kerajaan pemimpin berasaldari keturunan raja sebelumnya. Pada sistem Sosial, perubahan kehidupan sosial juga terjadi dalam masyarakat, misalnya pengaruh pembentukan kasta dalam struktur sosial kemasyarakatan. Pada sistem Ekonomi, aktifitas ekonomidari barter menjadi sistem uang dan perdagangan yang semakin maju menjadi salah satu bentuk perubahan dalam bidang ekonomi. Pada sistem kebudayaan, antara lain terlihat pada hasil peninggalan seperti candi, tempat ibadah, seni sastra. Cerita-cerita ephos seperti Ramayana dan Mahabarata menjadi sumber inspirasi cerita rakyat dan perubahan kebudayaan lama. Pengaruhlain yang trlihat adalah pada bentuk tulisan dan sistem tulisan. Percampuran kebudayaan jelas nampak pada bangunan candi yang terlihat pada dasar bangunan berupa punden berundak dan ukiran candi yang menunjukkan pengaruh Hindu Budha.
Selain kebudyaan dari Cina dan India, juga pengaruh dari kebudayaan di Arab berupa ajaran agama Islam dan berkembangnya kebudayaan Islam turut memberikan pengaruh pada kebudayaan di Indonesia. Pedagang-pedagang dari Arab yang melakukan hubungan dagang pada waktu kekuasaan Kerajaan Sriwijaya pada abad ke-7. khususnya di selat Malaka yang berhubungan dengan wilayah Asia dan Semenanjung Arab.
Pengaruh kebudayaan dari Barat dan Timur dapat dilihat pada kebudayaan yang dimiliki oleh berbagai kerajaan di Indonesia, misalnya kerajaan Aceh. Peninggalan kebudayaan dari kerajaan Aceh ini berupa masjid atau bangunan ibadah yang dinamai Masjid Baiturrahman. Juga di Kerajaan Demak, Kerajaan Mataram, yang di antaranya adalah adanya seni tari, seni pahat, seni suara, seni sastra dan bangunan khasnya. Salah satu kebudayaan yang hingga kini masih dipertahankan adalah Kebudayaan Kejawen sebagai akulturasi atu perpaduan budaya dari Hindu, Budha dan Islam sendiri. Upacara Grebeg yang menjadi tradisi kerajaan Mataram berasal dari pemujaan roh nenek moyang. Upacara tersebut merupakan salah satu tradisi peninggalan dari Kerajaan Majapahit. Dengan perpaduan budaya antara Hindu dan Islam maka pelaksanaan Upacara Grebeg dilakukan pada Hari raya Besar umat Islam. Di samping itu terdapat pula perkembangan kebudayaan berupa kesusasteraan Jawayang berkembang secara pesat dan menghasilkan pujangga sastra dan hasil karyanya seperti Nitisruti, Nitisastra dan Astabrata. Agama dan kebudayaan Islam di Indonesia memberikan pengaruh terhadap segala aktifitas kehidupan masyarakat seperti dalam bidang politik pemerintahan, kebudayaan dan kehidupan sosial masyarakat. Berkembangnya pengaruh islam dalam bidang politik pemerintahan diIndonesia dibuktikan dengan sistem pemerintahan yang didasarkan pada ajaran Islam dan Pemerintahan Kerajaan Islam di berbagai tempat di Indonesia.
Kebudayaan Barat dari Eropa turut memberikan pengaruh bagi kebudayaan Indonesia. Eropa Kuno tidak pernah lepas dari Kebudayaan Pulau Kreta yang lebih dahulu berkembang dan menyebarkan pengaruhnya ke wilayah di sekelilingnya kurang lebih pada tahun 1300 SM. Kebudayaan Pulau Kreta merupakan dasar bagi kebudayaan Eropayang sampai sekarang masih terdapat sisa-sisa pengaruh dan peninggalannya. Kebudayaan Pulau Kreta disebarkan dan ditransformasikan melalui penjajahan oleh bangsa Yunani dan Romawi Kuno sehingga menjadi tonggak budaya Eropamasa kini. Selain perkembangan melalui penjajahan, kebudayaan Pulau Kreta juga berkembang melalui hubungan dagang yang dilakukan oleh pedagang Yunani dan Romawi. Pulau Kreta merupakan pulau terbesar di wilayah Yunani dan melintang dari barat ke timur dan sekaligus menjadi pemisah Laut Aegea, Laun Ionea dan laut Tengah. Peradaban Pulau Kreta disebut juga sebagai peadaban “MINOA”. Nama Minoa berasal dari dinasti (keluarga) Raja Minos. Peradaban keluarga ini telah berkembang antara tahun 3000 sampai dengan 1400 SM.
Kebudayaan Eropa dibawa ke Indonesia melalui hubungan dagang dan melalui penjajahan yang dilakukan oleh Bangsa Perancis, Inggris dan Belanda. Akibat dari hubugan tersebut kebudayaan Eropa turut mempengaruhi perkembangan kebudayaan di Indonesia. Hal tersebut dibuktikan pada bentuk pemerintahan pada beberapa kerajaan dan sistem hukum yang digunakan di Indonesia. Selain itu pada kebudayaan seni bangunan dan sastra juga turut terpengaruh oleh kebudayaan Eropa tersebut.
Kedatangan bangsa-bangsa Eropa ke wilayah Asia dan Indonesia mulai terjadi kira-kira pada abad ke-14. Kedatangan bangsa-bangsa Eropa pada mulanya bermaksud untuk mencari langsung sumber rempah dan suterayang sangat mahal jika dijual di Eropa. Penutupan jalur perdagangan oleh kerajaan Islam di Afrika dan Eropa timur sangat mengganggu perdagangan bangsa Eropa, untuk itu bangsa-bangsa Eropa mulai mencari sendiri sumber rempah dan sutera dengan melakukan penjelejahan samudera. Motif ekonomi sebagai alasan utama bangsa Barat datang keIndonesia di samping untuk menyebarkan agama Kristen dan faktor petualangan. Sesuai semboyan penjelajahan samudra oleh Bangsa Eropa (Gold, Gospel and Glory). Kedatangan bangsa Eropa keIndonesia antara lain adalah dari Portugis, Belanda, Spanyol, Inggris, Perancis dll.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa pengaruh- kebudayaan asing turut dalam perkembangan budaya Indonesia khususnya terhadap kehidupan, kebudayaan dan alam fikiran sebagian besar bangsa Indonesia. Pengaruh kebudayaan asing bukan hanya dalam bentuk bangunan atau benda-benda konkrit, tetapi juga sosial, pemerintahan, hukum, seni adat istiadat, kegiatan, dan alam fikiran masyarakat. Sejak awal abad ke-20 sangat terasa pengaruh kebudayaan Barat itu dalam kehidupan bangsa Indonesia, khususnya di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi modern. Berbagai teknologi yang diterapkan, termasuk sistem pendidikan yang digunakan banyak yang berasal dari Barat. Sementara itu, dalam kehidupan kebudayaan, seperti dalam seni bangunan, seni lukis, seni ukir, seni musik, terasa pula ada pengaruhnya dari kebudayaan Barat.
Saran yang dapat diberikan adalah hendaknya kita dapat memilih dan memilah jenis dan ragam kebudayaan untuk diterapkan dalam kebudayaan kita karena tanpa itu kita justru akan kehilangan identitas dan ciri asli kebudayaan Indonesia sendiri.

Selasa, 02 Februari 2010

Landmark Jakarta Tempo doluoe




Landmark Jakarta Tempoe Doeloe

Stasiun Beos merupakan salah satu landmark kota Jakarta Tua, yang merupakan lambang dari arsitektur bergaya modern pada masa itu. Yang juga merupakan pusat dari semua perjalanan kereta api pada masanya dan stasiun pertama yang dibuat. Stasiun Beos tidak dapat dilepaskan bahwa ia adalah salah satu dari saksi kejayaan Batavia tempo doeloe dan juga saksi dari perjalanan perkembangan Kota Jakarta hingga sekarang ini.

Pembangunannya juga satu kesatuan dengan gedung di sekelilingnya seperti Museum Fatahillah (dulunya merupakan gedung pemerintahan), Museum SENI Rupa (dulunya merupakan Gedung Pengadilan didirkan tahun 1871), Museum Wayang (dulunya merupakan gereja). Berbagai upaya pun telah ditempuh oleh PT.KA untuk menjaga cagar budaya ini, salah satunya dengan pelbagai renovasi yang dilakukan.

Sabtu, 30 Januari 2010

PERKEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN




Kemajuan teknologi di Jaman sekarang tumbuh dengan sangat cepat. Dengan teknologi orang bisa melakukan apa saja, misalnya saja pembangunan di Jaman sekarang, dimana- mana kita bisa melihat gedung-gedung pencakar langit, jembatan yang bisa menghubungkan dua negara, bangunan dalam laut, terus bangunan-banguna yang ekstrim dan lain lain.