Arsitektur Yunani Kuno merupakan pondasi dari berbagai gaya berikutnya yang berkembang di berbagai belahan dunia dan juga menyumbangkan pemikiran yang paling pintar dan penampilan yang sempurna di dalam tradisi Eropa Barat. Oleh karena itu, monumen utamanya begitu penting sebagai bentuk pemahaman tentang Arsitektur Eropa itu sendiri.
Yunani tidak menjadi suatu bangsa yang berdiri sendiri hingga era modern dimana pulau utama yang bergunung-gunung dan pulau-pulau lainnya yang terpencar berkembang menjadi city states yang merupakan kebiasaan yang terjadi dalam persaingan.
Peradaban pertama sejarah Yunani Kuno bermula dari Crete (3000-1400 SM) dan berkembang hingga ke puncaknya yakni pada masa Istana Knossos. Kemudian digantikan dengan budaya Mycenae dan Tiryns pada daratan utama. Kemunduran terjadi pada 1100 SM dimana merupakan masa kegelapan dengan beberapa peninggalan yang masih bertahan.
Masa keemasan terjadi pada periode Hellenic (800-323 SM) dimana memperlihatkan perkembangan dari kota besar sebagai pusat komunitas, penemuan kota yang baru dimana munculnya Athens sebagai kekuasaan tertinggi setelah penentuan kemenangan melawan Persia serta perkembangan dalam hal demokrasi. Zenith merupakan peraturan Pericles (444-429 SM) dengan fantasi bunga dalam filosofi, seni, literatur, ilmu, matematika dan drama. Budaya ini berkembang dan direfleksikan ke dalam prestasi-prestasi arsitektur termasuk di dalamnya
Parthenon.
Pertumbuhan yang luar biasa pada bangunan sangat dipengaruhi oleh iklim dimana kecerahan serta sinar matahari yang begitu indah memperkuat bayangan dan membersihkan pandangan sehingga terciptanya suatu bentuk landscape yang begitu kuat. Batu gamping dan marmer lokal pun tak kalah memberikan nilai yang berkualitas.
Pada periode Hellenistic (323-30 SM), diikuti dengan kematian Alexander Agung yang mempersatukan Yunani dan memperluas wilayah kekuasaan hingga ke Timur, bentuk-bentuk bangunan besar (great styles) tetap berlanjut walaupun dengan keuatan yang lebih sedikit dan adanya pengalihan kekuasaan oleh Roma. Arsitektur menampilkan suatu perpaduan Orde yang meluas hingga ke Spanyol dengan penggunaan elemen-elemen tapak dan kubah. Bangunan-bangunan kecil tetap terlihat elegan dengan hiasan yang begitu terperinci namun tidak kehilangan struktur monumentalnya yang merupakan superhuman scale.
Arsitektur Yunani yang masih tetap ada pada dasarnya merupakan bangunan –bangunan publik terutama kuil dan teater. Namun, beberapa rumah biasa juga tetap bertahan.
KUIL-KUIL
Dewa-dewa dengan berbagai macam sifat dan aktivitas yang melekatnya menambah berbagai macam kebiasaan yang melekat dalam seluruh aspek kehidupan masyarakat Yunani. Suatu bentuk kepentingan dari ekspresi arsitektur dan bentuk-bentuk bangunan yang dominan pada masa Hellenic adalah kuil yang merupakan istana tempat tinggal para dewa.Hal ini tidak dimaksudkan sebagi tempat pemujaan namun secara tidak langsung altar yang terdapat pada bagian luar bangunan menjadi ruang ritual bagi masyarakat dimana bentuk didapatkan dari pengalaman yang datang dari luar.
Dari Mycenaem megaron (dinding utama dengan serambi) mengembangkan bentuk kuil menjadi persegi panjang yang dikelilingi kolom-kolom untuk memberikan kesan yang mendalam. Konsep yang simpel ini kemudian diperinci dengan suatu pendalaman pemikiran baik yang datangnya dari luar maupun dalam sehingga membentuk suatu desain.
Inti dari kuil adalah naos, suatu ruang tempat meletakkan patung dewa dengan pintu utamanya menghadap Timur. Patung itu diletakkan di sebuah podium/panggung yang rendah (crepidoma) sekitar tiga anak tangga. Bagian depan naos adalah portico atau pronaos (serambi yang bertiang-tiang). Hal ini merupakan bentuk prostyle dengan kolom-kolom yang berjajar terbuka di depan pintu masuk-keluar ataupun bisa juga merupakan antis dengan kolom-kolom (biasanya dua) antara antae (pilaster-pilaster yang mengakhiri perluasan bagian dinding naos) sehingga portico agak mundur ke dalam bangunan sebagai pengganti rancangannya. Di belakang naos kadang-kadang terdapat rear sanctuary (adyton). Keinginan akan simetri sering ditemukan pada bagian opisthodomus yang merupakan bagian belakang portico yang biasanya dibuat tanpa akses langsung dengan kuil utama. Atap kadang-kadang didukung oleh kolom-kolom yang ada di dalamnya.
Kuil-kuil pada masa awal dibangun dengan menggunakan kayu dan batu merah dengan dasar dinding batu. Kolom-kolom dan dinding-dinding utama pada awalnya dibangun dengan batu gamping (diselesaikan dengan plesteran marmer) pada abad ke-6 SM. Marmer pertama kali muncul pada bangunan di Asia Minor. Material atap utama menggunakan atap terakota.
ORDE KLASIK
Sebagian besar arsitektur Yunani dibuat dari susunan kolom dan balok. Kolom adalah sebuah modul untuk keseluruhan bangunan dimana bagian capital dan basenya dapat diklasifikasikan pada salah satu dari tiga bentuk yang mendasar yang dikenal sebagai orde klasik.
Orde yang paling awal adalah Doric, dikarakteristikan sebagai kolom- kolom yang terlihat kuat (powerful-looking), biasanya dengan 20 pinggiran galur yang tajam. Tinggi kolom (termasuk capita l) adalah 4-6 x diameter yang mengalami peningkatan hingga 71 kali pada masa Hellenic. Triglyph dan metope pada frieze (hiasan melintang pada dinding) berkembang dari kayu.
Orde Ionic merupakan orde yang scroll capitalnya berasal dari Asia Minor pada abad ke 6 SM. Kolom-kolom yang telah mature memiliki 24 galur yang dipisahkan menjadi lembaran lembaran kecil. Galur persegi yang dibuat dari tanah liat (plinth) muncul pada akhir masa Hellenic. Tinggi kolom (termasukca pita l danbas e) adalah sekitar 9 x diameter terendah.
Peninggalan achantus padaca pita l Corinthian hampir tidak dapat dibedakan entablaturenya dengan Ionic dimana hampir selalu dapat dibedakan hanya darifriezenya yang populer pada masa Hellenistic. Tinggi kolom biasanya sekitar 10 x diameter base.
EVOLUSI TEMPLE PLAN
Dengan mengeksperimentasikan pada proporsi, pembangunan kuil mendapatkan bentuk yang ideal dimana sebagian besar rencana pembangunan kuil Doric yang mengalami perpanjangan/penguluran secara berangsur-angsur berkembang pada rencana kolom klasik yakni 6 x 13 pada outer colonnade (pteron). Hal ini menjadi populer pada abad ke-5 SM. Kuil-kuil di Asia Minor, Itali, dan Sicily mengikuti bentuk yang tidak beraturan dalam artian tidak memiliki suatu aturan yang pasti.
DEKORASI KUIL
Pediment Doric sering menggambarkan pemandangan mitologi pada relief. Genteng atap pada bagian pinggirnya diakhiri dengan hiasan yang dikenal sebagai antefixae, dimana hal ini meyebabkan bagian joint tidak kelihatan. Semua orde menggunakanmoulding (papan hias tembok) dengan berbagai macam tipe profil termasuk hawksbeak (tipe Doric) danegg-a nd-da rt (Ionic). Dekorasi Doric seringkali dicet sedangkan Ionic dan Corinthian menggunakan permainan ritme pada motif tumbuh-tumbuhan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar