Senin, 08 Februari 2010

Adaptasi Konsep Arsitektur Hemat Energi dengan Potensi Iklim dan Sumber Daya Alam Indonesia dalam Upaya Mengurangi Efek Pemanasan Global

Aspek energi dalam proses perencanaan arsitektur merupakan suatu hal yang fundamental dan menjadi pijakan suatu desain.

Akan tetapi pada prakteknya, para arsitek semakin mengesampingkan tujuan dari desain yang sebenarnya. Desain tidak lagi secara fungsional dapat memenuhi kebutuhan penghuni serta mengatasi permasalahan mikro maupun makro, akan tetapi semakin bergeser pada orientasi ke arah kapitalisme arsitektur. Disini arsitektur dijadikan sebagai alat untuk berbisnis, sehingga arsitektur lebih diciptakan hanya dengan mengutamakan aspek fungsi, estetika, dan keuntungan semata di atas ilmu pengetahuan dan teknologi yang terus berkembang, serta mengesampingkan efek realisasi desain arsitektur tersebut terhadap lingkungan alam sebagai unsur makro dimana desain tersebut berpijak.

Padatnya bangunan yang semakin mempersempit ruang terbuka hijau dengan konsep desain yang kurang dan bahkan tidak ramah lingkungan, merupakan salah satu kontributor terbesar penyebab terjadinya pemanasan global di dunia. Peneliti dari Queen’s University Ontario Canada mengamati perubahan es abadi di Kutub Utara selama 15 tahun terakhir, dan tercatat dalam empat tahun terakhir kerusakan paling dahsyat terjadi, yakni suhu di Kutub Utara mencapai 22 derajat Celcius dimana sebelumnya tidak pernah di atas 0 derajat Celcius. Kedalaman es di Kutub Utara pun sudah sangat menipis dan bahkan mengapung di permukaan.

Disini terlihat pentingnya konsep arsitektur hemat energi untuk diterapkan dan dijadikan sebagai pijakan desain bagi setiap arsitek. Dimana penerapan konsep arsitektur hemat energi, khususnya di Indonesia dapat membantu mengurangi efek pemanasan global yang semakin meningkat di dunia. Akan tetapi konsep arsitektur hemat energi belum mendapat perhatian khusus pada pola pendidikan arsitektur di Indonesia, dan bahkan lebih banyak menyerap konsep arsitektur dari Barat yang belum tentu cocok untuk diterapkan di Indonesia. Kita juga perlu mengadaptasi konsep arsitektur hemat energi yang paling sesuai dengan iklim dan sumber daya alam di Indonesia. Desain arsitektur di Indonesia tentunya harus berbasis pada konsep arsitektur hemat energi yang bersahabat dengan iklim Indonesia yang panas dan lembab. Kemudian penggunaan material bangunan yang dapat didaur ulang dan tidak mengeruk kekayaan alam Indonesia secara berlebihan dan terus-menerus, melainkan memanfaatkan potensi material lokal setempat untuk keberlanjutan lingkungan. Di samping itu perlu dilakukan optimalisasi pemanfaatan pencahayaan alami dari sinar matahari dengan membuat bukaan-bukaan pada selubung bangunan, serta optimalisasi penghawaan alami dalam upaya pengurangan penggunaan AC.

http://blog.beswandjarum.com/wasiskalyati/category/arsitektur-hari-ini/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar